teruntuk dewi penghias pagiku
kau adalah alunan paras yang mengindah
kesayupanmu tak merubahku
teduh peluhmu merasuk sukma
akankah nadimu menjadi nadiku
meski hujaman risau terus menaungimu
kau layaknya samudra
nampak biru meski darah menggenangimu
ketika khayalan merona di penjuru jantung
Tak satupun yang nampak terbendung
Perihal makna untai lisan
suara dari derai hati yang membisu
Ketika rona dua hati menyatu
Kesatuan abu yang menjadi saksi
Hanya pada dikaulah rantai tulis ini bersenyawa
Merajuk membesut kesucian perintis arti hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar