Dengan keagungan sang matahari , demi alunan sang rembulan
Tiada daya yang mengarungi desiran Semuanya nampak lalu seperti kekekalan sang angin . . .
Tiada daya yang mengarungi desiran Semuanya nampak lalu seperti kekekalan sang angin . . .
Teruntuk keadidayaan rembulan yang tak berpengeluh ,
Semuanya nampak sirna bagai pelangi tenggelam ,
Menyerupai keheningan dalam setiap alunan neraca gugusan bintang . . .
Dan ketika mata terpijar di semua bayangan ,
Hati terbalut kesenjaan tak terpadam , menantikan semua yang berujung sirna ,
Hanya dengan untaian ranting yang selalu menguatkan . . .
Teruntuk gerimis yg tak berirama ,
Semua fase tipu daya yg berkilau atau tak berbinar ,
Dan kepada semua lajurmu , penafsiran kekekalan tak bernoda dan ranting yg berpeluh , semua Nampak sirna dan usang . . .
Bagai lembayung tak bernyali ,
Namun keagungan sosokmu selalu di lamunan benakku . .
Pembiasan makna yang tak terbendung hanya dalam kolbumu . . .
Kaulah manusia penakhluk senja gibran . . .
Pasti ada yang bertanya tanya tentang syair saya ini ?
Pasti ada yang bertanya tanya tentang syair saya ini ?
Bait pertama menceritakan hidup kita ketika tiada sesosok penyair indah seperi kahlil gibran , ya mungkin bisa di katakan bahwa hampa dan sepi namun , apa yg di maksutkan oleh gibran pun sesuai dengan neraca gugusan bintang : yaitu keindahan
Di bait kedua saya menceritakan duka yang di rasakan oleh saya sendiri maupun kalian , yang kehilangan sosok penyair dan penulis hebat seperti gibran namun cerita bersambung di bait ketiga . . .
yaitu kekekalan syairnya akan selalu ada di benak saya , sesuai dengan fasihnya ia memainkan fase kata yang begitu dalam dan penghayatan pun saya tak sanggup lagi berkata kata untuk menyanjung sang puitisi gibran .
selamat membaca :) follow us @destahadianto
Di bait kedua saya menceritakan duka yang di rasakan oleh saya sendiri maupun kalian , yang kehilangan sosok penyair dan penulis hebat seperti gibran namun cerita bersambung di bait ketiga . . .
yaitu kekekalan syairnya akan selalu ada di benak saya , sesuai dengan fasihnya ia memainkan fase kata yang begitu dalam dan penghayatan pun saya tak sanggup lagi berkata kata untuk menyanjung sang puitisi gibran .
selamat membaca :) follow us @destahadianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar