Rabu, 23 Juli 2014

HEART FOR QUEEN


teruntuk dewi penghias pagiku
kau adalah alunan paras yang mengindah
kesayupanmu tak merubahku
teduh peluhmu merasuk sukma

akankah nadimu menjadi nadiku
meski hujaman risau terus menaungimu


Senin, 26 Mei 2014

Penantian Tak Berujung

Meredup menginang lantunan jingga
Merubah keabadian akan ambisi
Dan ketika kenangan tak berucap 
Layaknya perahu tenggelam terbalik


                Dan ketika matahari menghilang dari peradaban
                Tak satupun yang nampak terundang

Rabu, 07 Mei 2014

secarik puisi pendesir nadi

Dikau adalah alunan sendu senja 
Yang mampu menenggelamkan matahari
Layaknya embun di pagi buta 
Meretas menyegarkan dedaunan
Ketika selayak malam gelap
Rona indahmu selalu dinanti

Senin, 05 Mei 2014

Engkau arti kehidupan

Dan ketika seutas tali hanya berikat di suatu ranting 
Perihal terpatah atau di patahkan, 
Semua tak layak di hitung, hanya peraduan yg bisu
Perihal terjerat atau terjerembab semua tentang pemikiran hakikat
Pada kenyataan matahari bersinar di pagi dan tenggelam di senja
Dan ketika gelombang sunyi meresap di peraduan

Cahaya kelam selalu terbinar
Semenjak itu angan kepalsuan menjadi payung senyumanku
Dedaunan yg tak di undang , ranting yg terhanyut dalam buih
Semua menyatu menyayat samudra , bak hakikat yg selalu mencampuri urusan
Perihal cinta atau kasih

arjuna pemanah ulung lesung hati sembadra


Perihal arjuna yg membusur dengan hujaman panah ,
Rona sembadra mengilhami dengan seruan manis 
Yang terhening dalam kharismanya . . 
Namun sembadra mencitra panah busurnya adalah panah kebahagiaan 
Bukan panah derita yg akan meluluhkan semua derita layaknya peraduan . . . 

Di sisi lain sembadra tak mampu merayap atau mengembang , 
Hanya darah nadi arjuna yg selalu mengayun di atas kalbunya . . . 
Arjuna menceritakan tentang persembahan matahari dan bulan 
Ketika mereka berporos pada bumi untuk senantiasa menemani hingga ufuk mati . . . 

perespon kahlil gibran

Dengan keagungan sang matahari , demi alunan sang rembulan 
Tiada daya yang mengarungi desiran Semuanya nampak lalu seperti kekekalan sang angin . . .
Teruntuk keadidayaan rembulan yang tak berpengeluh , 
Semuanya nampak sirna bagai pelangi tenggelam , 
Menyerupai keheningan dalam setiap alunan neraca gugusan bintang . . .


Dan ketika mata terpijar di semua bayangan ,
Hati terbalut kesenjaan tak terpadam , menantikan semua yang berujung sirna , 
Hanya dengan untaian ranting yang selalu menguatkan . . . 
Teruntuk gerimis yg tak berirama ,
Semua fase tipu daya yg berkilau atau tak berbinar , 
Hujamlah rona suraumu dan kekalmu . . .